REVIEW FILM: MISSION IMPOSSIBLE – THE FINAL RECKONING

 

Sumber : gettyimages

Halo Sobat Jobs!

Siapa yang nggak kenal Ethan Hunt? Agen super yang satu ini kembali lagi dengan aksi gila-gilaan di film Mission Impossible – The Final Reckoning. Kali ini, misi yang dihadapi terasa lebih berat, lebih pribadi, dan tentu saja—lebih meledak-ledak! Tapi, apakah film ini berhasil memenuhi ekspektasi tinggi dari para penggemar? Yuk, kita kupas bareng-bareng!

Ethan Hunt kembali hadir dalam film terbaru Mission: Impossible – The Final Reckoning, sebuah babak baru yang menawarkan ketegangan, aksi nonstop, dan dilema moral yang lebih dalam dari biasanya. Tom Cruise, yang lagi-lagi berperan sebagai Ethan, membuktikan bahwa semangatnya untuk menghadirkan aksi nyata—bukan sekadar CGI—belum padam sedikit pun. Di usia 60-an, ia tetap tampil bugar dan siap menantang maut, seperti adegan terkenal di mana ia melompat dari tebing dengan sepeda motor sebelum membuka parasut. Aksi ini bukan hanya jadi daya tarik utama film, tetapi juga menjadi simbol dari dedikasi luar biasa Cruise terhadap karakter yang telah ia mainkan selama hampir tiga dekade.

Cerita dalam The Final Reckoning terasa lebih kompleks dari film-film sebelumnya. Kali ini, ancaman utama datang dari sebuah entitas berbasis teknologi canggih yang nyaris tidak bisa dikendalikan, bahkan oleh penciptanya sendiri. Tema mengenai kecerdasan buatan dan potensi kehancuran global yang bisa ditimbulkan olehnya menjadi latar yang sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini. Alih-alih sekadar menyajikan plot konspirasi klasik, film ini menyodorkan narasi yang menyentuh isu-isu etis tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan teknologi yang semakin otonom dan berkuasa. Ini memberi dimensi baru pada misi Ethan Hunt, yang kini harus menghadapi lawan yang tidak memiliki wajah, emosi, atau belas kasihan.



Sumber : bleedingcool.com

Pemeran pendukung seperti Rebecca Ferguson (Ilsa Faust), Simon Pegg (Benji Dunn), dan Ving Rhames (Luther Stickell) kembali memberikan kontribusi besar dalam memperkuat dinamika tim IMF. Mereka bukan hanya pelengkap, melainkan karakter yang punya bobot emosional dan keputusan penting dalam alur cerita. Interaksi mereka—yang kadang penuh tekanan, namun sering juga diselingi humor khas ala tim ini—memberikan keseimbangan di tengah atmosfer film yang padat dan serius. Tambahan karakter baru seperti Grace (diperankan oleh Hayley Atwell) juga memberi warna segar dan menambah lapisan misteri, apalagi ketika hubungan antara dirinya dan Ethan mulai terjalin, meski penuh ketidakpastian.

Sinematografi film ini adalah salah satu yang paling mencolok. Setiap lokasi, mulai dari gurun pasir yang gersang hingga kereta yang melaju di pegunungan bersalju, diambil dengan sudut yang memaksimalkan keindahan dan ketegangan. Christopher McQuarrie, sebagai sutradara, sekali lagi menunjukkan keahliannya dalam mengarahkan film aksi yang tetap punya kedalaman cerita. Efek visual yang digunakan terasa realistis dan tidak berlebihan. Yang paling mengesankan tentu adalah komitmen tim produksi dalam mengedepankan efek praktikal, termasuk pembangunan set asli untuk adegan di atas kereta dan aksi lompatan motor dari tebing—bukan hanya karena terlihat nyata, tetapi juga karena menambah intensitas saat menontonnya di layar lebar.


Sumber : cnnidonesia.com

Walau film ini penuh aksi dan visual memukau, ritme ceritanya terkadang terasa sedikit berat di tengah. Ada beberapa dialog yang terasa terlalu panjang dan subplot yang belum sepenuhnya tuntas, kemungkinan karena film ini memang dirancang sebagai bagian pertama dari dua bagian. Ini menyebabkan beberapa konflik terasa seperti ditahan untuk diselesaikan di film berikutnya, yang mungkin membuat sebagian penonton merasa tidak puas. Namun jika dilihat sebagai pengantar untuk konklusi besar yang akan datang, The Final Reckoning sudah membangun fondasi yang kokoh dan penuh potensi.

Musik dan tata suara juga patut mendapat pujian. Skor garapan Lorne Balfe mampu menghadirkan nuansa tegang dan mendebarkan di sepanjang film, tanpa terasa berlebihan. Transisi antara adegan sunyi dan aksi cepat dilakukan dengan mulus, membuat emosi penonton terus terpacu. Momen-momen penting diberikan tekanan yang pas lewat musik latar yang mendalam, mengingatkan kita bahwa di balik semua ledakan dan kejar-kejaran, film ini juga punya hati dan emosi yang kuat.


Sumber : www.republicworld.com

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa meski judulnya menyertakan kata “Final”, ini bukan akhir dari segalanya. Film ini jelas hanya separuh dari cerita besar yang akan ditutup di bagian selanjutnya, yang rencananya dirilis dalam waktu dekat. Hal ini terlihat dari cara film diakhiri—dengan cliffhanger yang cukup tajam dan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Tapi justru inilah kekuatannya. Mission: Impossible – The Final Reckoning tidak mencoba menutup semuanya dalam satu kali misi, melainkan memberi ruang untuk sesuatu yang lebih besar di masa depan.

Secara keseluruhan, Mission: Impossible – The Final Reckoning adalah sajian wajib bagi penggemar aksi sejati. Ia bukan hanya memperpanjang napas dari franchise legendaris ini, tapi juga memperkaya isi ceritanya dengan tema yang lebih relevan dan emosional. Tom Cruise kembali membuktikan bahwa dedikasinya untuk hiburan berkualitas tidak main-main, dan film ini adalah bukti nyata bahwa Mission: Impossible masih punya banyak hal menarik untuk ditawarkan. Misi selanjutnya? Kami siap menunggu dengan penuh antusias!

Penulis : Feby Mutiah | Editor : Feby Mutiah